Kamis, 11 Juli 2019

Bijak Memperlakukan Uang

Disadari atau tidak, tahun 2019 adalah babak baru dalam penentuan arah perekonomian kedepan. Pasca pilpres, ketidak menentuan arah perekonomian semaikin menjadi hal menakutkan bagi sebagian orang yang menyadarinya. Ditambah dengan posisi Utang uar Negeri (ULN) yang meningkat cukup signifikan, bahkan tertinggi sepanjang sejarah bangsa ini. Menurut referensi posisi ULN Indonesia pada akhir kuartal IV-2018 tercatat US$ 376,8 miliar atau sekitar Rp 5.275,2 triliun (kurs Rp 14.000/dolar AS). Ditambah dengan adanya kenaikan harga bahan pokok, listrik, bahan bakar, pajak, dan hal lainnya yang secara langsung akan menambah beban kehidupan maryarakat.


Kita sebagai masyarakat harus mensikapi kondisi ini, agar dapat lebih memproteksi perekonomian keluarga dengan baik. Saya pernah mengalami krisis moneter pasca lengsernya Soeharto tahun 1998. Pada saat itu beban ekonomi keluarga terasa sangat berat, dan kebanyakan masyarakat panik dengan kondisi naiknya harga harga kebutuhan. Saya tidak dapat memprediksi secara pasti apakah kedepanya di negeri ini akan mengalami hal serupa, atau lebih parah, atau justru baik baik saja tanpa ada gejolak ekonomi yang berarti.


Masalah paling krusial saat ini adalah ketidakpercayaan masyarakat terhadap penyelenggara pemerintahan. Hal ini diperparah dengan opini opini yang saling kontradikrif dengan fakta fakta yang terjadi di tengah masyarakat. Salah satu hal baik yang saya sarankan dalam kondisi ketidak menentuan seperti ini adalah dengan lebih bijak dalam memperlakukan uang. Empat (4) hal yang dapat kita lakukan agar lebih bijak memperlakukan uang adalah dengan cara:
  1. Budayakan menabung selagi masih bisa. Jangan dilihat dari besar kecilnya, niatkan saja menabung dengan sisa uang yang ada, yang penting rutin.
  2. Hindari menyimpan uang di bank dalam jumlah besar, jika jumahnya udah cukup segera tarik untuk sebiah investasi. Jangan bayangkan investasi besar dengan nilai ratusan juta. Investasi bisa dari hal yang kecil. Intinya Anda bisa memproteksi nilai uang agar tidak tergerus invlasi.
  3. Jika tabungan sudah terkumpul dan cukup untuk membeli emas, belikan emas. Emas fisik bukan perhiasan. Niat beli emas bukan untuk investasi, tetapi hanya untuk menjaga nilai jangka pendek sampai menengah sampai nilai uangnya cukup untuk investasi pada asset tidak bergerak.
  4. Dalam dua tahun, jika emas sudah terkumpul jumlah yang cukup untuk membeli sebidang tanah, belikan tanah. Beli tanah yang murah dulu, misalnya tanah di desa tetapi yang mempunyai potensi kenaikan harga yang signifikan. Bagaimana cara memprediksinya? Lihat saja dari banyaknya pedangang di desa itu, banyaknya pedagang mengindikasikan perputaran uang dan daya beli yang meningkat.
  5. Jika dalam 2 tahun tanah Anda nilainya sudah meningkat jual dan dengan tambahan emas yang terkumpul selama kurun waktu 2 tahun dapat digunakan untuk membeli tanah yang lebih mahal.

Beberapa ahli investasi menyarankan komponen invsetasi lain seperti emas dan saham. Tetapi dalam kondisi seperti ini masih sulit bagi saya untuk merekomendasikan membeli saham. Saya belum punya prediksi saham apa yang sekiranya nilainya dapat meningkat cukup signifikan. Jangankan memprediksi saham perusahaan swasta. Perusahaan BUMN saja saat ini sedang tiadak menentu. Menurut referensi yang saya baca, beberapa BUMN justru merugi dan sudah ada yang melakukan PHK besar besaran terhadap karyawannya. Pada kondisi aman, misalnya kurs rupiah masih dibawah Rp.10.000 per USD kita masih bisa menyimpan Dollar. Tetapi dalam kondisi kurs saat ini, sayapun ragu untuk menyimpan Dollar. Tetapi paremeter yan gada saat ini mengindikasikan prediksi perekonomian kedepan cenderung mengarah lebih buruk dari pada kearah perbaikan. Jadi bukan tidak mungkin, nlai tukar rupiah terhadap dolar masih akan terpuruk lebih parah lagi.

Semoga bermanfaat, dan selamat beraktifitas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar