Mengutip dari Inspirirational Words
Seorang pemilik penggergajian kayu mempekerjakan 4 orang tukang gergaji. Pagi hari, mereka berempat datang untuk bekerja.
Seorang pemilik penggergajian kayu mempekerjakan 4 orang tukang gergaji. Pagi hari, mereka berempat datang untuk bekerja.
- Tukang kayu pertama berkata, “Wah, saya harus menajamkan gergaji saya dulu” lalu ia pergi.
- Tukang kayu kedua berkata,”Saya harus menyusun rencana lebih dulu kayu yang akan digergaji”. Lalu ia pergi.
- Tukang kayu ketiga berkata, “Saya belum sarapan, saya harus sarapan dulu agar bertenaga”. Lalu ia pergi sarapan.
- Tukang kayu keempat tetap diam di tempat. Dia sudah menajamkan gergajinya di rumah, sudah merencanakan kayu mana yang akan digergaji dan sudah sarapan. Jadi dia langsung bekerja tanpa menunda - nunda.
Setelah sekian lama, ketiga tukang kayu lainnya masih belum kembali, sedangkan tukang keempat ini sudah hampir menyelesaikan pekerjaannya. Lalu datanglah pemilik penggergajian dan menambah jumlah kayu yang harus digergajinya. Karena yang ada di sana hanya tukang kayu keempat maka dialah yang mengerjakannya sendiri.
Pelajaran manajemen:
Cerita di atas banyak terjadi di mana mana. Mungkin Anda pernah atau sedang mengalaminya. Seringkali atasan di kantor seperti pemilik penggergajian di atas: malas atau tidak mampu mengkonfrontasi perilaku buruk dari stafnya yang tidak menyelesaikan tanggung jawab. Lalu memilih jalan keluar yang mudah: mengalihkan pekerjaan dan tanggung jawab kepada staf yang lebih rajin, lebih penurut, lebih tepat waktu, lebih mudah diatur, lebih mampu menyelesaikan pekerjaan.
Tak heran lama kelamaan semua staf menjadi malas. Staf yang lebih rajin atau yang berkinerja baik itu akan berkata,”Buat apa saya rajin-rajin kerja? Saya hanya menerima lebih banyak pekerjaan”. Staf ini mendapat ganjaran negatif atas kinerjanya dan bukan ganjaran positif. Ganjaran yang diterima dari atasan atas hasil kerjanya adalah lebih banyak lagi pekerjaan!
Moral si tukang kayu keempat akan menjadi lebih buruk lagi bila ketiga tukang kayu lainnya mendapat upah yang sama dengan dirinya atau lebih besar. Istilah kerennya PGPS : Pintar Goblok Pendapatan Sama. Bila atasan memberlakukan PGPS, maka karyawan yang pintar akan segera menjadi “goblok”.
Tanggapan saya sebagai pembaca:
Tulisa dalam artikel diatas sangat bagus dan inspiratif, dan mungkin juga banyak yang mengalaminya. Secara pribadi saya setuju dengan ungkapan dalam artikel diatas.
Tetapi atas fenomena umum seperti dalam artikel diatas say punya solusi dan pendapat lain seperti ini.
Tanggapan saya sebagai pembaca:
Tulisa dalam artikel diatas sangat bagus dan inspiratif, dan mungkin juga banyak yang mengalaminya. Secara pribadi saya setuju dengan ungkapan dalam artikel diatas.
Tetapi atas fenomena umum seperti dalam artikel diatas say punya solusi dan pendapat lain seperti ini.
Tinjauan Ilmu Hati
Jika Anda mengalami seperti kejadian yang dialami tukang kayu keempat maka anda tetap bisa produktif dan melakukan aktifitas sebagaimana mestinya tanpa terpengaruh oleh ungkapan PGPS, dengan cara:
- Bekerjalah santai, gunakan kemampuan Anda hanya 60% saja karena jika Anda menggunakan kemampuan Anda secara optimal 100% hanya akan menimbulkan kesenjangan dan dapat berpotensi menyebabkan penyakit kronis lagi akut (yaitu penyakit hati)
- Anda bisa tetap bekerja optimal 100% tetapi dilakukan dengan tanpa memperhitungkan imbalan, niatkan saja untuk ibadah. Karana Allah akan menilai jika menurut Allah pendapatan Anda terlalu kecil dari tingkat kemampuan yang Anda miliki maka suatu saat akan dicukupkanNya. Bisa saja Anda mendapat promosi kejenjang karir yang lebih baik.
- Jika Anda sudah ikhlas bekerja dan diniatkan untuk ibadah maka jalan rejeki akan datang dari tempat yang tidak diduga-duga. Bisa saja Kerja keras Anda sekarang yang dihargai sama dengan karyawan lain yang lebih malas dan tidak lebih pintar dari Anda akan terbayar nanti. Nanti pada saat Anda sudah mendapat tempat kerja baru. Karena sekali lagi yang namanya rejeki tidak akan pernah bisa dibatas-batasi.
Tinjauan Ilmu Marketer dan Entrepreneur
Dunia kerja memang penuh ketidak adilan, sayapun dulu juga pernah mengalami menjadi karyawan. Jika Anda menginginkan sebuah usaha yang sebanding dengan pendapatan cobalah keluar dari dunia kerja. Cobalah untuk mandiri dengan membuka usaha sendiri karena rejeki Allah tidak terbatas hanya di dunia kerja. Jika Anda membuka usaha sendiri maka disanalah letak keadilan ejeki yang sebenarnya.Seberapa besar usaha Anda untuk memasarkan produk akan sebanding dengan seberapa besar rejeki yang akan Anda terima.
Membuka usaha sendiri tidak harus langsung memulainya dari awal. Bisa jadi awalnya Anda bekerja sebagai staf marketing sebuah perusahaan dengan tujuan selain bekerja mencari rejeki, ibadah, juga sekalian sambil jalan membuka kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang baru dan membangun jaringan distribusi seluas luasnya.
Karena biar bagaimanapun inti dari sebuah bisnis adalah jualan. Untuk itu tingkat keberhasilan Anda pada bisnis bisa dilihat dari seberapa banyak Anda bisa menjual. Seberapa sanggup Anda mampu bertahan ditengah persaingan adalah nilai tambah. Seberapa sering Anda mampu berproses adalah konsekwensi wajib. Dan seberapa kuat Anda bisa membangun jaringan adalah gambaran seberap besar bisnis yang akan Anda bangun.
PRIOrity