Jika Anda mempunyai uang yang cukup untuk makan dan membeli bensin saja, itu sudah cukup untuk memulai usaha.
Banyak orang rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk
menyelesaikan jenjang pendidikan dan memperoleh gelar tertentu, padahal setelah
mendapatkan gelar itu belum tentu langsung bisa digunakan untuk menghasilkan
uang.
Tapi hanya sedikit orang yang berani gagal dalam bisnis dan
kehilangan banyak uang dan mungkin asetnya, padahal itulah sejatinya system pendidikan
Allah yang dipersiapkan untuk kita menuju pendewasaan dan keberhasilan di
kemuadian hari.
Pendidikan formal memang penting, tapi sekolah saja tidaklah
cukup. Bahkan seorang Niam Muiz punya selogan “School is Not Enough”. Itulah
sebabnya beberapa sekolah berbasis internasional memasukkan unsur entrepreneur
dalam system pendidikannya.
Pembentukan mental kearah entrepreneur sejak dini adalah
penting, karena pada dasarnya para pemimpin dan orang2 sukses di dunia ini
sudah mencontohkan bahwa jika ingin sukses harus dirintis dari jalan
berwirausaha, bukan menjadi pekerja.
Seorang Bob Sadino (alm) bahkan sering mengeluarkan opini,
joke, dan statement2 tegas yang menganjurkan kepada anak muda untuk berani
berwirausaha. Bukan omong kosong, karena beliau sendiri sudah membuktikannya.
Tapi mengapa masih jarang anak muda yang berani mengambil
keputusan untuk berwirausaha, lebih banyak yang berfikir harus mencari kerja
(bukan menciptakan lapangan kerja).
Seberapa sulitkan berwirausaha sehingga banyak dihindari?
Apakah dunia entrepreneur selalu identik dengan gagal,
sehingga banyak anak muda takut menjalaninya?
Kendala terbesar apa yang membuat mereka rata2 malas
memulainya?
Mungkin sering terdengar di telinga saya, bahkan Anda semua
banyak yang bilang “Mau berwira usaha tapi tidak punya modal”
Mungkin kata kuncinya
adalah modal.
Saya coba menguraikan, dengan bahasa saya yang sederhana
untuk kata modal itu. Apakah yang dimaksud dengan kata modal itu adalah uang?
Ada yang menjawab iya.
Tapi menurut saya modal tidak selalu uang, buktinya banyak
teman saya yang mengatakan bahwa dia memulai usahnya modal dengkul. Apa
maksudnya?
Jika kita difinisikan kata modal (menurut
Wikipedia Bahasa Indonesia). Modal (dari bahasa Tamil mutal, yang berarti
"dasar", "kaki", "bagian bawah",
"puntung") memiliki banyak arti yang berhubungan dalam ekonomi, finansial,
dan akunting.
Dalam finansial dan akunting,
modal biasanya menunjuk kepada kekayaan finansial,
terutama dalam penggunaan awal atau menjaga kelanjutan bisnis. Awalnya,
dianggap bahwa modal lainnya, misal modal fisik, dapat dicapai
dengan uang atau modal finansial. Jadi di
bawah kata "modal" berarti cara produksi.
Dari pengertian diatas, modal
dikaitkan dengan financial dan akuntansi. Maka semakin jelas disebutkan bahwa
modal bisa berupa uang atau modal financial.
Sebagai seorang yang pernah
belajar akuntansi saya juga tertarik untuk menjabarkan modal dari sudut pandang
neraca sederhana. Kita tentu masih ingat bahwa neraca terdiri dari dua bagian
yang keduanya harus memiliki nilai ukur yang seimbang seperti air dalam bejana
berhubungan.
Di sisi kiri biasanya disebut AKTIVA tercantum Kas,
Persediaan, Piutang, dan Aset-aset. Di sisi kanan PASIVA tercantum hutang dan
modal pemilik. Dari situ bisa dijelaskan bahwa jika sisi kiri kita asumsikan
sebagai operasional sebuah bisnis dengan segala unsur-unsur yang melekat
didalamnya, maka sisi kanan adalah sumber dananya. Secara sederhana sumber dana
bisa dari Hutang atau dari Modal pribadi pemilik usaha.
Lebih lanjut bisa dijelaskan bahwa berlangsungnya proses
sebuah bisnis bisa dibiayai dari hutang dan dari Modal sendiri pemilik bisnis.
Jika pilihannya ada dua itu, apakah memungkinkan sumber pendanaan sebuah bisnis
hanya bersumber dari satu, hutang saja atau modal saja?
Untuk sebuah bisnis yang sudah berjalan tentu butuh
keduanya, dan keduanya bisa diukur dengan rasio-rasio tertentu yang
mencerminkan sehat tidaknya sebuah bisnis, TAPI utuk berwirausaha pemula saya pikir
sah-sah saja jika sumber pendanaan hanya dari satu sumber.
Satu Sumber Pendanaan
1.
Modal sendiri
Tentu bisa, dan sangat bisa karena itulah
yang dibutuhkan untuk menjalankan proses bisnis baik pemula atau bisnis yang
sudah berjalan. Untuk Anda yang sudah punya modal, bersykurlah dan segera
memulainya untuk berwirausaha.
2.
Hutang
Jawabnya bisa, khususnya untuk sebuah bisnis
kecil yang baru dirintis, caranya bagaimana?
Lebih detil langsung akan saya contohkan, berdasarkan
pengalaman pribadi dan pengalaman teman-teman sesama perintis usaha dari nol.
Memulai usaha tanpa
modal uang
Tentunya tetap perlu uang tapi hanya sedikit uang sekedar
untuk makan dan beli bensin saja.
Pengalaman saya merintis bisnis yang awalnya hanya bermodal relasi/kenalan/jaringan/networking.
Jika ditulis modal saya waktu itu adalah:
1.
Kemauan
2.
Keberanian
3.
Ketekunan
4.
Kerja cerdas
5.
Keberkahan Allah
6.
Kepercayaan Relasi/Networking, dan
7.
Kepepet
Boleh disebut Konsep Modal
Usaha 7K
Begini ceritanya:
Beberapa tahun yang lalu setelah gagal dan gulung tikar pada
bisnis yang pertama dibidang lain, saya dan keluarga mengalami kondisi sulit.
Kehilangan uang dan termasuk asset-aset bergerak yang membuat kami menjalani
kehidupan mulai dari nol lagi, boleh dibilang mulai dari minus karena masih ada
kewajiban yang belum terselesaikan.
Dalam kondisi yang tidak menentu tersebut untuk kebutuhan
bulanan saya istri dan bayi kami yang baru lahir alhamdulillah bisa terpenuhi
dari berjualan online dan juga penjualan langsung produk perlengkapan rumah.
Waktu itu ada pengusaha kenalan kami yang memborong produk perlengkapan rumah
dalam jumlah besar dan beliau memiliki stock berlimpah. Karena kesulitan
menjual beliau mempercayakan kepada saya sebagian stocknya untuk saya jual dengan
harga jual pasar yang sepenuhnya saya atur sendiri . Untuk penjualan luar kota
(ada juga luar pulau) saya mengirimkannya melalui ekspedisi eksternal. Untuk
pengiriman dalam kota dan kota lain yang masih bisa dijangkau saya kirim
sendiri menggunakan mobil pick up atau van sewaan. Bahkan tidak jarang untuk
produk tertentu yang dikemas knock-down saya harus merakitnya sendiri dalam
jumlah yang tidak sedikit. Malakukan packing sendiri, sampai mengirimnya
sendiri. Disela kesibukan itu saya sempatkan melakukan promosi baik melalui
jaringan pertemanan maupun online.
Sampai pada suatu ketika saya diundang untuk mempresentasikan
produk furniture hotel dengan spesifikasi dan batasan harga yang telah
ditentukan. Waktu itu sempat kebingungan karena saya tidak memiliki produk sesuai
spesifikasi yang diminta. Tapi, lagi-lagi networking itu penting, ada seorang
teman yang kebetulan memproduksi produk sejenis dan saya pinjam dari beliau
untuk saya bawa dan saya presentasikan. Setelah melakukan presentasi, tanya jawab,
proses tawar harga, dan penyesuaian produk mengikuti permintaan pemesan
akhirnya saya pulang. Satu minggu kemudian dapat kabar bahwa saya dipercaya
untuk menyediakan furniture dengan spesifikasi dan harga yang telah disepakati
pada saat presentasi untuk setiap room resort yang sedang dikembangkan.
Sebulan kemudian SPK terbit dan saya harus memenuhi produk
sesuai SPK dalam waktu 2 bulan. Dalam kondisi tidak punya modal uang, tapi SPK
sudah terbit dan saya bersama pihak pengembang telah menandatanganinya. “Disitu
kadang saya merasa bingung”
Lagi-lagi relasi itu penting. Ditengah perasaan senang dan
bingung saya tawarkan SPK tersebut ke beberapa relasi untuk bekerjasama
melakukan pendanaan. Akhirnya saya temukan orang yang mau menjadi investor dan
beliau mau bekerjasama mencairkan sejumlah uang dengan surat perjanjian tepisah
dan sistem bagi hasil. Dari uang itulah sebagian untuk membeli bahan baku, dan
mulai memproduksinya di tempat relasi yang awalnya hanya saya pinjam produknya
untuk contoh saat presentasi. Sampai akhirnya produksi bisa diselesaikan dalam
jangka waktu sesuai dengan ketentuan di SPK, barang kami kirim ke proyek dan
saya melakukan pelunasan biaya produksi menggunakan dana dari investor. Dua
minggu setelah barang dikirim, dana pelunasan dari pengembang proyek saya
terima dan langsung kami lakukan bagi hasil dengan investor.
Mungkin kisah nyata ini hanyalah kisah biasa, tapi dari
sinilah kita semua bisa meruntuhkan anggapan bahwa memulai bisnis itu butuh
modal uang. Uang memang perlu tapi tidak banyak, jika ada uang untuk makan dan
membeli bensin saja sudah cukup memulai bisnis. Modal lain yang jauh lebih
penting adalah Konsep Modal Usaha 7K.
Setelah bisnis Anda berjalan maka uang, kesempatan, dan
potensi lainya akan semakin terbuka luas. Lambat laun jika bisnis semakin
berkembang pihak perbankan juga akan mendekati Anda, tidak perlu repot lagi
mencari pinjaman mudal usaha. Karena sebuah bisnis seperti akan menemukan
mekanisme operasinya sendiri asalkan dibangun dengan kemauan yang kuat,
ketekunan untuk terus berproses, keberanian untuk memecahkan setiap masalah,
dan kejujuran serta kesabaran.
Dari situlah kembali terbukti bahwa tidak selamanya sebuah
bisnis harus dibangun dengan modal uang, banyak bisnis yang dirintis dari nol
justru behasil mengumpulkan uang dari proses bisnisnya itu sendiri. Jika
menjadi keryawan berusah keras untuk bekerja mengumpulkan uang dan selalu
begitu sampai pensiun, bahkan semakin tinggi posisi semakin besar pula beban
pekerjaan dan tanggung jawabnya. Tetapi, jika menjadi entrepreneur awalnya kita
bekerja keras membangun proses bisnisnya dengan segenap potensi yang kita
miliki, tetapi pada akhirnya uang yang bekerja untuk kita, menciptakan lapangan
kerja, dan potensi penghasilan yang tidak terbatas.
Selamat moncoba, dan semoga tidak ada lagi anak muda yang
mau memulai usahanya tapi mengeluhkan modal uang. Mohon maaf jika banyak
pemilihan kata, ejaan, dan salah penerapan kalimat dalam uraian diatas karena
basic saya memang bukan penulis.
Semoga Allah memberikan jalan terbaik atas setiap niat baik
yang ingin kita mulai, setiap perencanaan baik yang ingin kita wujudkan, dan
setiap hasil baik yang ingin kita capai. Amin.