Selasa, 24 Maret 2015

Explore de Swarnadwipa - Part 1

Topik khusus tentang Bengkulu dan catatan sejarahnya.

Saya meyakini, bahwa terkadang garis takdir bisa membawa seseorang kemanapun. Begitulah yang sedang saya alami saat itu. Sayapun tidak pernah bermimpi untuk bisa sampai di sebuah kecamatan kecil yang berada jauh dari tanah kelahiran saya ini.

Kenyataannya saya pernah sampai di Ipuh, Kecamatan Ipuh pada awalnya adalah bagian dari Kabupaten Bengkulu Utara, seiring dengan pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 tahun 2003 tentang PembentukanKabupaten Mukomuko, maka kecamatan ini menjadi bagian dari Kabupaten Mukomuko.Semula Kecamatan Ipuh bernama Kecamatan Mukomuko Selatan (MMS), selanjutnya keluar Peraturan Daerah Kabupaten Mukomuko No. 16 Tahun 2008 Tentang Perubahan Nama Kecamatan Mukomuko Selatan menjadi Kecamatan Ipuh.

Konvoi Tim Ekspedisi di Bumi Sumatera, hari pertama didominasi hujan yang mengharuskan iring iringan kendaraan kami melambat karena jalan licin

Perjalanan itu bermula ketika tahun lalu (2014) saya terlibat dalam sebuah project yang mengharuskan saya dan Tim melakukan pekerjaan ke tempat ini. Di tempat yang jauh ini saya tempuh dengan 5 kali berganti sarana transportasi:

  1. Mobil : Rumah ke Juanda International Airport di Sidoarjo (SUB)
  2. Pesawat : SUB – CKG, transit CKG – TKG
  3. Mobil : Radin Inten II International Airport – Hotel di Bandar Lampung
  4. Mobil : Bandar Lampung Ke Bengkulu
Perjalanan darat yang kami tempuh mengharuskan Tim kami untuk melewati kota kota lain yang ada dalam ketentuan tugas berdasarkan panduan misi yang telah disepakati. Kota yang kami lewati diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Bandar Lampung
  2. Kota Bumi
  3. Muara Enim
  4. Lahat
  5. Pagar Alam
  6. Lahat
  7. Lubuk Linggau
  8. Curup
  9. Bengkulu
Perjalanan darat denggan menggunakan Small SUV 1.500 cc (Avanza yang didandani mirip SUV namun tetap saja terlihat terlalu kecil dan sama sekali jauh dari dimensi Real SUV) menempuh jarak 160 KM, perjalanan pulang pergi (Bengkulu – Ipuh – Bengkulu) kurang lebih menempuh 320 KM.

Rumah pengasingan Bung Karno (1938-1942) Jl. Sukarno-Hatta Bengkulu

Sebelum ke Ipuh, kami sempatkan mengunjungi Rumah pengasingan Bung Karno di Kota Bengkulu. Kami di sini hanya untuk melihat bukti sejarah. Kami tidak komentar tentang fakta masa lalu yang pernah terjadi di tempat ini. Tim kami adalah anak muda yang berjiwa nasionalisme, Hal itu terbukti pada bulan ulang tahun kemerdekaan kami sempatkan melihat bukti sejarah di kota ini.

Rumah Fatmawati Jl. Fatmawati Bengkulu, hanya berjarak 850m dari Rumah Bung Karno

Setelah mengunjungi tempat bersejarah di Bengkulu, kami melanjutkan perjalanan sesuai dengan schedule yang ditetapkan. Konvoi Tim Ekspedisi langsung menuju arah Kabupaten Mukomoko melewati jalan di depan Benteng Fort Marlborough.
Untuk sampai di Ipuh, jika Anda menggunakan pesawat komersial, setelah sampai di Bandara Internasional Fatmawati Soekarno, Anda bisa menggunakan taxi atau transportasi umum AKDP dengan rute Bengkulu- Argamakmur- Kuro Tidur – Ipuh – Argamakmur - Mukomuko.

Rute yang kami lalui didominasi jalan aspal Kelas IIIA, namun di beberapa titik terdapat jalan yang putus seperti foto di bawah ini.

Awalnya kami melewati tanjakan kecil, setelah turunan jalan menikung ke kanan. Setelah tikungan ke kanan inilah terdapat kejutan kecil yang mengharuskan mobil kami harus direm mendadak agar tetap bisa berada di jalan aspal yang tersisa.

Jalan putus pada lokasi yang tidak tepat. Lokasinya setelah tikungan, jika Anda tidak waspada maka akan sangat beresiko karena di sisi kiri dari jalan aspal ini adalah laut lepas.

Pemandangan lautan di sebelah kiri mirip dengan perjalanan dari denpasar menuju Gilimanuk. Atau jika Anda pernah ke Pulau Tidore, perjalanan dari Mareko ke Dermaga Rum viewnya mirim mirip dengan itu. Jalan yang harus dilalui untuk sampai ke Ipuh bisa ditempuh dari Jalan Jl. Lintas Barat Sumatera di Bengkulu menuju Mukomuko, berlanjut dari Mukomuko dan Jalan menuju Padang.

Perjalanan menuju Ipuh dari Bengkulu didominasi pemandangan laut lepas (Samudera Hindia) di sisi kiri, jalanan masih tergolong sepi sehingga kendaraan bisa dipacu dengan kecepatan 70-80 KPH. Namun harus tetap waspada, untuk mengantisipasi kondisi jalan di depan yang sangat unpredictablei. Terkadang setelah tanjalan ada jalan yang longsor, atau juga kondisi jalan putus sebelah ruasnya setelah tikungan. Kondisi jalan sama sekali tidak terprediksi, harus ekstra waspada agar tetap tanggap terhadap situasi darurat.


Topografinya cenderung datar, terdapat beberapa gundukan ringan dan tanjakan serta turunan ringan. Kondisi di sisi kanan jalan didominasi hamparan perdu dan tanaman liar, sesekali akan melewati pemukiman penduduk, kebun sawit, dan padang rumput yang seakan tanpa batas.

Akhirnya kami sampai di Ipuh, perjalanan cukup menyenangkan. Meskipun beberapa kali kami temui kejutan kejutan kecil namun secara umum kami tetap menikmatinya.

Ibukota Kecamatan adalah Medan Jaya dan kantor kecamatan juga terletak di desa tersebut. Jumlah desa di Kecamatan Ipuh ada 16 desa. Secara geografis Kecamatan Ipuh terletak di bagian selatan Kabupaten Mukomuko.  Wilayah utara berbatasan dengan Kecamatan Sungai Rumbai, bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Air Rami, bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Malin Deman, sedangkan bagian barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Luas Kecamatan Ipuh adalah 198,11 km2 atau 4,91 persen dari luas Kabupaten Mukomuko. Berdasarkan data Pendataan Desa 2014, penduduk Kecamatan Ipuh pada tahun 2014 berjumlah 22.054 jiwa, terdiri dari 11.113 laki-laki dan 10.941 perempuan. Rasio jenis kelamin 102, ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan di Kecamatan Ipuh, terdapat 102 orang penduduk laki-laki.

Sebaran penduduk menurut desa menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Ipuh tidak merata tersebar dalam 16 desa.  Penduduk terbanyak berada di Desa Sibak yaitu sebanyak 5.789 jiwa, sedangkan paling sedikit berada di Desa Tanjung Medan dengan jumlah penduduk sebanyak 321 jiwa.

Pada rute pulang, saya pinda ke mobil belakang, karena sudah tidak terlalu antusias dan penasaran dengan kondisi alam yang masih baru pertama saya lihat. Cenderung ingin fukus pada jalan dan mengekor dengan aman.

Perjalanan pulang menjadi menyenangkan sekaligus melelahkan. Namun Tim harus tetap fokus untuk dapat tiba di Kota Bandar Lampung besok pagi. Kami tak lagi bermanufer, kami hanya berjalan stabil dan cenderung pelan, kecepatan rata-rata hanya sekitar 60 KPH dengan tetap menjaga jarak aman dengan mobil Tim kami.

Dalam perjalanan pulang menuju Kota Bandar Lampung, kami harus melewati kota-kota berikut ini:

  1. Ipuh
  2. Bengkulu
  3. Manna
  4. Krui (Tanjuang Setia Beach)
  5. Taman Nasional Bukit Barisan
  6. Kota Agung
  7. Pringsewu
  8. Bandar Lapung
Perjalanan Pulang, berangkat dari Bengkulu pagi (Kamis 14 08 14 jam 08:30) melalui Jalan Lintas Barat menuju Kota Manna berjarak 143 KM. Kami harus menyelesaikan misi di kota kecil ini. Tugas kami selesaikan dalam 3-4 jam. Setelah itu kami istirahat 1-2 jam dan langsung melanjutkan perjalanan menuju Krui.

Sebelum perjalanan pulang dan misi dituntaskan, kami harus mempersiapkan diri dan kendaraan. Karena berdsarkan informasi dari anggota Tim, setelah ini rute yang dilalui hanya hutan dan kami akan berkendara semalaman di kegelapan.

Sayangnya, panorama indah ini tidak bisa kami nikmati. Karena hari sudah hampir gelap dan Tim harus segera melanjutkan perjalanan menuju Bandar Lampung

Sampai di Krui hari sudah senja. Kami berhenti untuk makan dan mengisi bahan bakar.  Rute berikutnya adalah Perjalanan uji nyali: start jam 17:15 (Kamis, 14 08 14). Setelah itu Tim kembali melanjutkan perjalanan menembus belantara hutan bukit barisan berpayung langit kelam dan udara dingin yang menyertai, sesekali terdengah deburan ombak laut samudera hindia yang menghantam tebing di bawah jalan yang kami lewati.

Pemandangan indah tentang samudera, ombak, dan pemandangan alam yang menggoda hanya ada dalam hayalan. Karena sejauh mata memandang yang terlihat hanya gelap. Sorot lampu mobil kecil ini seolah meredup dengan jarak pandang terbatas tertelan gelapnya malam yang terasa sangat panjang itu.


Berjuta cerita tentang ketakjuban kami akan alam dan makhluk liar penghuni hutan ciptaan Allah yang membuat nyali kami ciut. Rasa cemas, ragu, dan nyali yang pas pasan soelah menyertai sepanjang perjalanan dengan rute asing yang penuh kejadian tak terduga.

Sepanjang rute malam kami hanya temui beberapa mobil pribadi, selebihnya hanya truck pengangkut barang yang berjalan lambat dan sesekali berhenti di tanjakan di ujung tikungan karena harus bergantian lewat dengan truk dari arah berlawanan karena jalan sempit. Setelah menempuh perjalanan panjang yang melelahkan, akhirnya pada jam 04:27 (Jumat, 15 08 14) kami sampai di Kota Bandar Lampung.

Misi selesai, perjalanan lancar, kami kembali berkumpul dengan Tim lainya yang sempat menyebar di wilayah Sumatera selama satu minggu. Alhamdulillah atas keselamatan dan kesehatan yang senantiasa terjaga.

PRIORITY 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar